Kamis 31 Desember 2015 STITNU AL Hikmah mendapat tamu dari utusan Perguruan Tinggi Keagamaan Kopertais wilayah IV dari STIT Muhamadiyah Pacitan, INSURI Ponorogo,STAINU Madiun, STAI Madiun. STAI Ngawi, STAI Darusalam Nganjuk, IAI Diponegoro Nganjuk (2), STIS Faqih Asyaari Kediri, FAI UNIPDU Jombang, STIT UW Jombang (2), STAI At Tahzib Jombang, FAI Universitas Darul ‘Ulum Jombang, STITNU Al Hikmah Mojokerto ,IAI Uluwiyah Moojokerto, STAI Taruna Surabaya, STAI Lukmanul Hakim Surabata, STAI Syaichona Cholil Bangkalan, UIM Pamekasan, dan STAI Darul Ulum Banyuwangi, untuk belajar dari kesuksesan STITNU AL Hikmah dalam mengelola Jurnal Modelling yang diterbitkan Prodi PGMI telah terindeks oleh 14 Lembaga Pengindeks. teks

Kegiatan ini dikawal oleh bapak Nur Hasib, S.Com dari Kopertais Wilayah 4 Surabaya, dimulai Jam 09.00 hingga pukul 16.00. Kegiatan  dibuka dan ditutup Ketua STITNU Al Hikmah Dr. H. Muhsinin, M.Si. Dalam kegiatan yang  sukses tersebut pengelola jurnal bertekad mengindekkan jurnal di lingklungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sehingga semua Juenal di PTKI siap menyonsong akrediatsi e-Jurnal yang dimulai 2016.

Kegiatan yang diikuti penggila atau maniak Jurnal Ilmiah ini, tampak telah menyebarkan virus Jurnal, sehingga dalam sambutan pembukaan ketua STITNU Al Hikmah Mojokerto menakankan pada 3 aspek pengembangan Jurnal yaitu : (1). Mengkonekkan serta mengindekkan Jurnal di Lembaga Pengindek,( 2) Pengawal keistiqomahan terbitnya Jurnal dan (3) Mengelola Tulisan yang telah di Pubklikasikan di indek orang. Untuk Mengawal pengindekan jurnal dibutuhakabn orang gila jurnal, cinta Informasi Teknologi dan punya waktu serta suka begadang untuk ngeneet. Untuk mengawal keistiqomahan penerbitan perlu punya jaringan yang kuat sehingga bisa memaksimalkan tukar artikel antar pengelola jurnal, karena nilai ideal jurnal ilmiah perbandingan penulis internal dan eksternal 3 : 7. Dalam menggerakkan jaringan untuk berkontribusi pada koleksi artikel kita harus libatkan stake holders. Untuk peningkatan kualitas Jurnal perlu reviewer dan redaktur yang tangguh sehingga setiap tulisan mempunyai nilai kekhasan yang akan memungkinkan artikel diindek orang.

Penulis melihat bahwa dalam kegiatan forum ini telah menularkan Viurus Kreatifitas di dalam diri pengelola Jurnal. Dan kreatifitas ini tidak bisa disulap bim salam alias bra gedabrah, namun munculnya kreatifitas perlu ditopang sinergitas antara kemampuan kognitif afektif dan psikomotorik secara utuh. Karean pengembangan ketiganya dengan keterpaduan yang tinggi akan melahirkan irisan dan irisan terbesarlah yang menghasilkan kreatifitas terbesar. Kreatifitas mengandung makna pengembangan yang luar biasa dan sinergitas yang luar biasa, karena keluar biasaan itulah yang melahirkan orang luar bisa dengan segala kretifitasnya.

Untuk mencetak manusia kreatif perlu pendampingan terhadap calon dengan sistem pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik secara terintegrasi. Calon kreator perlu dibekali pembelajaran dengan indikator tetinggi, terbaik, tersulit sehingga calon kreator mendapat proses yang paling sempurna.Pembelajaran terbaik membuat peserta didik bekerja keras dan mengumpak pembimbingnya saat belajar, namun akan menyanjungkan 15-20 tahun mendatang karena keberhasilan yang mereka capai, tetapi sebaliknya pembelajaran yang tidak berkualitas menjadikan murid santai dan berpuas diri namun akan mengumpat pemvimbing 15-20 tahun mendapat karema karena kegagalan mereka dan kalahnya pertarungan berkat sumberdaya yang tidak berkualitas.

Kreatifitas dibangun dengan pondasi pengalaman lapangan, atau data riil di topik kajian. karena kegiatan nyata di lapangan akan melahirkan alternatif penyelesaian masalah dengan berbagai alternatif pemecahan. Personal yang telah makan asam garam hidup di dalam komunitas masyarakat akan menemukan universitas paling universal yaitu masyarakat sebagaaimana ungkapan Syaifuiddin Zuhri dalam bukunya Guruku Orang Orang Pesantren.

Kreatifitas dapat dikembangkan dengan berfikir lateral yaitu dengan saling mengkaitkan satu dengan hal lainnya, misalnya di pesanren dalam belajar kitab fiqih diintegrasikan dengan nahwu shorof bahkan kaajian yang lain. Misalnya seorang belajar kajian ilmu fiiqih Fatkhul Qoribul Mujib santri juga belajar ilmu nahwu dengan kitab ‘Imrithi dan dan ilmu shorof Maqshud sehingga saat belajar fiqih tersebut juga belajar nahwu –shorof dan mengaplikasikannya dalam membaca kitab Fatkhul Qoribul Mujib. Saat santri belajar kitab Fatkhul Muiin seorang santri belajar ilmu alfiyah yang membicarakan ilmu nahwu shorof di tingkat Mahir

Murid dan mahasiswa di pendidikan formal, perlu mengintegrasikan pendekatan sekolah formal yang unggul dalam kurikulum, guru, lingkungan-sarana, dan proses, namun masih perlu di topang kegaiatan ekstra kurikuler yang banyak varian, guru dan komunitas yang ramah dengan pendekatan informal., karena pendekatan pembelajaran yang mengintegarsikan penddikan formal, non-formal dan informal mempaunyai kontribusi dalam menghasilkan lulusan yang kreatif. Bisa dilihat kasus anak yang aktifis OSIS, BEM yang masih mengawal prestasi akademik dan menjaga etika pergaulan berpeluang memenangkan persaingan karena kualitas personal;  kreatif dan mempunyai emosional yang bagus.

Kreatifitas juga dapat dikembangkan dengan pelatihan “Problem Solving” atau Metode Pemecahan Masalah secara terstruktur dan dikawal dengan durasi waktu yang cukup. Ketrampilan memecahkan masalah tersebut akan menjadi kemudahan saat menghadapi persoalan yang riil, karena sudah mendapat referensi alternatif permasalahan.

Dalam kasus pengembangan jurnal ilmiah di PTKI, Jurnal ilmiah menjadi gengsi tertinggi dalam pengelolaan perguruan tinggi karena dari publikasi karya ilmiah dari hasil research dan pengabdian masyarakat menjadi informasi ilmiah yang bisa dimanfaatkan ummat. Produk jurnal akan menentukan bagaimana penulis beramal saleh dan bermanfaat bagi orang lain sebagaimna Khorun naas anfauhum linnas, dan kreatifitas perlu dikrontruk yang positif bukan kreatisi yang negatif.

Padepokan Agung Al Hikmah Trowulan,

01 Januari  2016

Abi Si-Elkila