Dalam suatu kesempatan penulis ketemu dengan Dr H Amil Maliki Abitolha, dosen UINSA Surabaya, belia mengatakan “ Kyai sekarang sebagian besar sudah tidak barokahi tetapi diberkahi”  saya bertanya kok begitu ? “ Kalau dulu kyai dengan segala kelebihan dan kekurangan membimbing, mengajar bahkan memberi makan sehingga murid merasa sangat membutuhkan, tetapi sekarang banyak kyai yang dapat barokahnya santri sehingga dapat hidup layak, dapat beli mobil dan fasilitas lainnya”

Penggalan dialog di atas ada 2 kosa kata penting yaitu berkah dan diberkahi. Berkah menjadi kosa kayta penting dalam kehidupan santri yang mempunyai arti katsrotul khoir atau banyak kebaikan. Hidup berkah berarti hidup yang bergelimang kebaikan. Harta berkah berarti harta yang dimiliki mampu memberikan efek positif untuk melakukan kebajikan0kebajikan. Ilmu yang berkah berarti dengan ilmu yang dimiliki mampu menyebarkan ilmu kepada orang lain juga mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari hari.

KH Basyaruddin pernah mengatakan semoha menjadi haji yang mabrur dan haji yang barokah. Mengapa haji barokah Kyai ? beliau menjawab” haji yang barokah berarti tahun depan bisa haji kembali (haji atau umroh), dengan haji barokah santri bisa bertambah, dengan haji barokah sawah dan tanah semakin bertambah.

Panulis mempunyai keyakinan bahwa, barokah adalah selisih kebaikan dari sesuatu yang yang seharusnya diterima dengan sesuatu yang harus dilakukan, misalnya santri untuk biaya makan, tempat tinggal, pembelajaran seharusnya membayar Rp 500.000 kepada kyai selaku pengelola, kenyataannnya santri hanya membayar 250.000 maka selisih 250 ribu tersebut menjadi berkah bagi kyai yang diwaktu lain Allah akan berikan haknya. Santri mondok sudah membayar sesuai dengan aturan namun santri rela menjadi petugas kebersihan, rela menjadi tukang masak, rela menjadi pengasuh putra-putri kyai maka pengabdian santri tersebut menjadi investasi keberkahan yang suatu saat akan dapat dinikmati.

Sedang secara spiritual,  keberkahan sering kali lebih fokus pada nilai lebih dalam wujud pengorbanan berkaitan dengan aurod atau ritual, sehingga keberkahan seorang kyai lebih elok diukur dengan seberapa besar mujahadah kyai untuk anak, cucu, dan muridnya. Mujahadah tersebut akan memberikan efek positif dan kebaikan bagi anak, cucu dan murid muridnya. Ritual dapat dilakukan setiap selesai studi (kuliah, mondok, dll) atau saolat 7 waktu; salat wajib plus qiyamul lail dan salat dluha, puasa senin kamis atau ritual lainnya. Terhadap persolan ini KH Nafi, pengasuh pesantren mahasiswa al hikam Malang pernah mengatakan bahwa konsep pengornbanan dan keberkahan terbesar orang tua dan kyai adalah bertahajud untuk murid dan anak cucunya.

Berkah menjadi penting di dunia pesantren karena banyak “hadam (pembantu)” kyai di pesantren saaty pulang kampung mendapat kesempatan dari masyarakat untuk di kyaikan, dari pada santri yang alim yang hanya belajar, belajar, be;ajar tanpa ada bentuk pengabdian lain kepada kyai atau lembaga pesantren. Tehadap persoalanini, KH Mujahid Anshori dari Malang memberkan resep jika santri ingin menjadi kyai selain belajar keras maka lengkapi kewajiban dengan perbuatan sunnah, karena perbuatan sunnah akan mengantarkan seseorang untuk mendapat kesuksesan lebih dari yang lainnya.

Terhadap kasus kyai  yang diberkahi, realita ini terjadi karena konsep pemahaman yang tidak tepat terhadap perjuangan pengembangan pendidikan. Lembaga pendidikan dianggap sebagai sebuah perusahaan yang harus berfikir untung dan rugi. Pengelolaan kelembagaan kering ruhani dan nilai spiritual. Saat ada mobil operasional untuk anak yatim dalam sebuah pesantren atau panti, pengelola sering lupa mobil tersebut adalah hak anak yatim. Saat mobil anak yatim selalu dipakai pengelola, ada pertanyaan, Apakah pengelola seperti ini tidak lebih yatim dibanding anak yatim yang menjadi asuhannya !. Saat pengelola pesantren lebih mengurus catering karena dalam kcatering ada peluang rizky yang didapat bukan Yurobbil arwaahi wal jasad, maka pesantren bergeser ke urusan perut bukan urusan investasi akherat.

Rentetan cerita ini menggambarkan banyak orang yang diberkahi santri, murid, lembaga saat getaran ruhul jihad belum melakad di dada, terhadap persoalan ini penulis pernah mendapat pesan dari maha guru KH Basyaruddin” Saat kita bertekad menjadi guru, ilmu dan pemahaman seperti apa yang telah diberikan kepada murid secara istiqomah, sehingga murid faham dan mengamalkan ilmunya ? Saat kita mendirikan lembaga apa betul tujuannya adalah amal jariyah ? sehingga selalu muncul kosakata kita sudah jariah apa tahun ini untuk lembaga kita ?

Yang pasti, tidak boleh puas dengan apa yang telah kita waqafkan dari harta kekayan, tenaga dan pikiran untuk ummat. Pengabdian kita hanya setetes air dari samudra yang luas. Jadikan hidup bermanfaat bagi orang lain, bukan hidup yang memanfaatkan orang lain. Jadikan hidup yang berkah bukan hidup yang diberkahi, semoga …!

Padepokan Agung Al Hikmah Trowulan,

06 Januari  2016

Abi Si-Elkila